Hikayat Pendekar Thifan Po Khan : Bahroiy (1)
Maka guru berceritera : adalah ilmu Bahroiy itu dinamakan ilmu kapas dan pecah dari ilmu Tae Kumfu, maka akan arti Tae Kumfu itu empunya beberapa makna, ada tae dalam bahasa Ken yang berarti kaki, ada Tae yang berarti dahsyat atau haibat, maka kata Kumfu itupun ada pelbagai pendapat: seorang mengatakan kata Kumfu itu dari perkataan Cina Kungfu ada berarti tekun ada berarti silat ada berarti kebaikan ada pula berarti tenaga terpusat, seorang mengatakan sanya kata Kungfu dalam bahasa Cina itupun pengaruh bahasa Hindustan Kuna “Kampa” yang berarti tenaga terpusat, bahasa ini mungkin terbawa oleh Ponitorm ke benua Cina apakala ia mendirikan wihara Shorim atau Shourim atau Shurin atau Sorim dan dalam Lidah Cina Shao Lin.
Maka seorang akhli pula berpendapat Kungfu ada di Cina sebelum Buddha dan kemudian berlakur dalam ajaran Tao dari Lozo dan Kumfusho. Maka seorang akhli pula berpendapat katanya Tae Kumfu yang kita pergunakan berarti dari kepanjangan kata : “Ni Kungfu Moslem tae syi zha ualagh” dalam bahasa Urwun ialah bahasa khas di lanah-lanah yang merupakan bahasa galau. Maka akan hal persamaan olah pembelaan diri antara orang-orang Cina dan orang-orang Attay atau Altay itu karena mereka itu pada masa dahulu kala serumpun, maka di antara suku-suku yang terkenal : Kimak, Tayli, Doghan, Oirat, Kitan, Merkit, Hun atau Szungnu, Karit, Skit, Karit, Ongkut, Mongol, Naiman, Mandsyu, Lama, Fatan, Qound, Kati dan pelbagai suku-suku kecil, maka suku Kati itupun berkembara ke benua Cina, lalu mereka mendirikan pelbagai kerajaan di benua Cina itu, mereka akhirnya terbagi dalam berpuluh puak sehingga menjadi suku-suku baharu dan berkembanglah ke arah selatan lalu Konon sebahagian berseberang laut menduduki pulau-pulau Selatan itu.
Maka suku Mongol berpecah dalam suku Turki aseli dan Mongol, suku Mongol yang bersekutu darah dengan orang Cina menumbuhkan suku baharu dan suku Turkipun berpecah, ada yang berkembara di Timur, mereka terbahagi dalam puak-puak, mereka berkkulit putih-kunign bermata sipit seumpama Tatar Timur, Mogul yang turun ke Hindustan, Mogul yang bersekutu darah dengan orang Parsi akhirnya berhidung mancung dan berkulit kemerah-merahan seumpama orang Gazni.
Maka orang Osmanli dan Saldzyuk yang tersebar ke barat bersekutu darah dengan orang Rum, Yunani dan Persi atau Arab, bahasa mereka bercampur dan wajah serta bentuk merekapun berubah sehingga berhidung mancung dan sebahagian mereka bermata biru berambut pirang seumpama keturunan Otsman Ertugrul itu. Konon Ertugrul berasal dari sempadan benua Cina yang pergi ke barat menuruti alur perjalanan Saldsyuk itu. Sanya adalah tiap-tiap suku itu empunya kerajaan sendiri dan pimpinan suku itulah Khan.
Syahdan adalah Junut itu bercerita tentang hikayat Bayroiy itu, maka katanya adalah Bahroiy itu berasal dari perkataan “Aba hi roiy” bahasa Urwun yang berarti kawanmu yang dekat gelar bagi seorang tamid pendekar Je’nan berdarah Kitan dan Cina.
Alkisah adalah Bahroiy melarikan diri ke arah sempadan benua Cina, tangan dan kakinya luka-luka, ia jatuh dari kuda tunggang lalu ditolong oleh seorang perempuan suku pegunungan dan senyampang ia seorang Pemeluk Islam, ia anak seorang penghulu suku Wigu gunung. Maka Bahroiy tak sadarkan diri kala ia dibawa menghadap penghulu suku itu, maka berkatalah penghulu suku itu : “Baringkanlah dan panggillah tabib dan aku yakin dia seorang Muslim, lihatlah sebahagian beban itu Quran dan kitab-kitab syara, aku mengerti separuh tulisannya itu!”
Maka akhirnya Bayroiy pun berjodoh dengan Lulu anak puan penghulu suku Wigu gunung itu dan mendapatkan anak laki-laki empat orang, yakni Ali, Aibak, Urwun dan Hassan.
Maka karena Bahroiy seorang cerdik pandai, iapun dapat menarik hati orang ramai sehingga berdirilah sebuah lanah tempat mengkaji segala ilmu dunia dan ilmu akhirat semacam ilmu syara itu. Dalam lanah itulah berkembang aliran ilmu pembelaan diri “Bahroiy atau Bahroiy Kumfu”.
Maka kepandaian Bayroiy dalam ilmu pembelaan diri itu diantaranya Konon dapat mengangkat meja dengan telapak tangannya yang berdaya lekat, lalu Konon pula dapat merayap dinding karena pada kaki dan tangannya timbul daht pelekat.
Maka pada suatu hari datanglah Barbak kepadanya membawa seorang anak perempuan kira sepuluh tahun usia anak itu dan anak itu hanya pandai berbicara bahasa orang Han tengah.
Maka ditawarkannya anak itu kepada Bahroiy, maka datanglah Lulu, katanya : “Wahai bapak si Ali aku ini terlalu amat ingin empunya anak perempuan, maka berikanlah kalung dan gelangku ini kepadanya!” Mka ditimbang akan Barbaklah kalung dan gelang emas itu, Barbak tertawa menyeringai, lalu katanya : “Bawalah anak ini!” maka pergilah Barbak dengan segala pengikutnya itu dengan berwajah gembira dan terdengar suara tawa mereka.
Maka anak perempuan itupun dipeluk Lulu, dipersalinnya dengan pakaian yang indah, lalu diadakanlah upacara pengislaman anak itu dan dididiknya anak itu siang dan malam. Maka apakala telah enam tahun kemudian anak itu sudah pandai berbahasa Wigu dan bertingkah laku seumpama gadis Wigu, Mahmay namanya.
Maka Mahmay pernah berceritera, katanya : “Maka sanya aku anak seorang petani kaya dari keluarga Buddha Cina, ayahku terbunuh dalam perampokan, aku dilarikan perampuk itu dan diperjual belikan, kemudian Barbak merampasku dari pedagang budak belian dan pedagang buduk itupun dibunuhnya sehingga aku dijual pada keluarga Bahroiy dan aku diangkat sebagai anak angkat yang seumpama anak kandungnya atau lebih dari itu, aku sangat dimanjakan dan aku diajarinya pelbagai macam ilmu”.
Pada suatu ketika Lulu isteri Bahroiy jatuh sakit, segala ikhtiar Bahroiy untuk Mengobati isterinya itu tiada dapat menawar takdir, sehingga pada suatu malam meninggallah ia.
Maka apakala Bahroiy itu hendak mengawali beri pelajaran ia senantiasa mengatakan : Koiyo oyuq niahapay!” yang berarti “Hindarkanlah perkelahian kecuali bila terpaksa!”.
Sanya daerah tempat orang Wigu gunung itu termasuk kawasan kemaharajaan Ming, maka apakala wangsa itu turun, keluarga Bahroiy terlibat dalam pemberontakan suku Wigu karena ada usaha penghancuran suku itu. Maka di antara sempadan tanah orang Turki dan Cina tempat orang Wigu itu dimasukkan Zisyuk dalam kawasannya, Zisyuk bukan orang Islam dan ia bekas penghulu penyamun yang naik menjadi penguasa di daerah itu seumpama raja kecil dan Maharaja Cina pun membantu dan mengirimkan seribu orang asykar kepadanya untuk penegak kekuasaannya itu.
Alkisah Zisyuk menyuruh buarkan lanah Bahroiy itu dan harus berserah takluk kepadanya, maka Bahroiy pun mengutus seorang tamid mengirimkan bingkisan berupa harta dan makanan yang lezat cita rasanya dan didalam makanan itu dibubuhinya racun yang sangat keras dan terlalu amat berbahaya.
Maka tamid itupun membungkuk menghormati kepada bentara lalu dipersilakan naik jenjang menghadap Zisyuk itu, maka diterima Zisyuklah segala tanda takluk itu, maka Zisyukpun mencicipi sedikit makan itu dan iapun mabuk lalu muntah, katanya : “Hai apai Hankho periksalah makanan ini!” Maka Hankhopun memeriksa makanan itu lalu dicicipinya, semula ia tiada merasakan tetapi tak lama kemudian Hankho jatuhlah tiada bergerak dan seluruh tubuhnya cepat membiru.
Maka dipanggil Zisyuk akan seorang penasehat dari seorang bangsa Lama, maka kata penasehat itu : “Makanan ini racun tuanku!”.
Maka terlalu amat marahlah Zisyuk, segera dipersiapkannya angkatan berkuda untuk menyergap lanah orang Wigu gunung itu. Maka Bahroiy pun tiada berpangku tangan, ia mengerahkan pula sekalian tamid dengan kelengkapan senjata dan seluruh belia suku itupun berkemas pula, sehingga timbullah perang agak sepuluh hari sepuluh malam lamanya, dua ratus lima puluh anak lanah gugur, seratus belia Wigu gunung tertawan, putera Bahroiy, yakni Ali, Aibak Urwun dan Hassan berperang sampai gugur terbunuh.
Maka Bahroiy hendak tertangkap tetapi ia segera melarikan diri dan rumah keluarga Bahroiy dipertahankan pasukan perempuan, Mahmay menyerang asykar Zisyuk itu dengan kekuatan lima puluh orang tamid dan keluarga penghulu suku, semua mereka itu perempuan karena laki-laki hampir punah. Maka ketika Zisyuk sendiri mengalami cidera berat undurlah pasukan Zisyuk itu, maka Mahmay mengalirkan air mata menangisi keempat saudaranya itu dan beratus tamid bergelimang darah, sebahagian gugur sebahagian pula menanti gugur karena luka-luka mereka itu terlalu amat berat. Maka sisa tamid laki dibantu oleh lima puluh orang perempuan bekerja berat mengkubur mayat dan segera bersiap pindah meninggalkan tempat itu.
Alkisah seorang tamid yang dipercayai Bayroiy sebagai penghulu tamid itu bernama Tsiming anak tiri Abayt, karena dialah yang tertua di dalam lanah itu dan dialah pembangun kembali lanah itu jauh di kaki sebuah bukit yang sepi.
Maka Tsiming pemuda tua itu mencoba meminang Mahmay, tetapi dengan halus Mahmay menolaknya karena akhlak Tsiming itu congkak dan kurang senonohlah menurut pandangan Mahmay dan perempuan-perempuan tua dalam perkampungan itu.
Maka seringlah Tsiming berbantah mulut dengan Mahmay pewaris Bayroiy itu, sehingga akhirnya Tsiming pergi meninggalkan lanah itu, dipersiapkannya beberapa ekor kuda yang anggun dan dibujuknya beberapa orang kampung agar mengikuti kehendaknya itu, lalu sehari semalam perjalanan sampailah mereka akan tempat kediaman Zisyuk itu yang berpenjaga kuat, maka segala penjaganya itu orang-orang kuat berbaju zirah dan badanya itu serupa raksasa juga.
Maka Tsiming datang dengan tiada bersenjata dan ada membawa hadiah tiga ekor kuda tunggang yang anggun dan jinak, maka penjaga itupun membawa Tsiming masuk menghadap, lalu Tsiming pun bersujud pada kaki Zisyuk minta ampun, lalu Zisyuk mengangkat Tsiming, dihadiahinya pakaian sepesalinan yang indah terbuat dari sutera tebal dan sepasang sepatu berhias tatahan emas, Tsiming diangkat sebagai Panglima agar terbujuklah sekalian suku Wigu.
Maka berdiamlah Tsiming di istana Zisyuk yang berbentuk kereta besar itu dan ia mendapatkan hadiah pula tiga orang gadis cantik, maka pernahlah tiga sampai empat kali Tsiming diutus membayar upeti kepada Maharaja Cina.
Maka pada suatu malam Tsiming membawa sepasukan asykar hendak merebut lanah sisa lanah Bahroiy itu dan telah berpecah-pecah sebahagian anak lanah itu orang baharu dan perempuan-perempuan lanah telah tiada lagi, mereka telah pergi meninggalkan lanah itu.
Maka Tsiming pun segera menyerang lanah itu dengan kobaran api, anak lanah tengah berjaga-jaga itupun segera membalas tetapi semuanya mandi darah, maka Mahmay pun turun berbaju zirah dan mengamuk sampai patahlah pedangnya itu, beberapa orang asykar jatuh terkapar, Mahmay berdebar dan serasa lemah sehingga ia tertangkap, maka bersorak sorailah asykar itu, maka ia diiringkan Tsiming dengan tangan terikat, mukanya runduk tetapi setitikpun ia tiadalah memercikkan air mata, ia selalu memaki-maki pada Tsiming itu, berkata Tsiming : “Terlalu banyak dosamu Mahmay, engkau akan kuhadapkan pada Zisyuk dan pasti engkau akan dikirim pada Tsuma, Tahukah engkau siapakah Tsuma itu? Tsuma seorang pelebaya ia akan menyiksamu dan membunuhmu dengan jenis pembunuhan yang mengerikan!” Maka Mahmay tak menjawab sepatah katapun dan dirasanya tali pengikat tangannya mulai lepas melanggar, ia cepat menyambar pedang Tsiming dan dipengallah Tsiming sampai kepalanya terlempar jauh, maka Mahmay pun berpacu kuda, maka dua orang asykarpun menghadangnya, dan puteri mahmay pun telah lemah, ia tertangkap kembali dan iapun dibawa ke hadapan Zisyuk.Maka Zisyukpun bertanyalah akan dia : “Hai Mahmay, engkaulah anak pengkhianat itu?” maka gadis itupun tunduk tidaklah menjawab sepatah katapun, apaun yang ditanyakan Zisyuk ia tidak menjawab, maka meradanglah Zisyuk diludahinya muka Mahmay itu dan disuruhnya seorang asykar melucuti baju Mahmay itu, lalu ia dicambuk Mahmay pun bertahan sakit tetap tak berbicara, lalu pakaian Mahmay pun disuruh kenakan kembali dan disuruhnya bawa akan Tsuma, ia diseret oleh dua bentara Tatar yang tegap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar